Label Pustakawan 2016 [Part 2]

Sama halnya seperti setengah tahun awal 2016, setengah tahun 2016 berikutnya pun nggak memiliki ekspetasi apa-apa. Hanya berharap perpustakaan memiliki rak baru, khususnya untuk koleksi fiksi yang memang membengkak jumlah bukunya.
Siapa sangka, setengah tahun ke depan di 2016 sangat..sangat..sangat luar biasa. Bahkan bisa dikatakan selama tahun 2011 bekerja di sekolah, ini adalah pencapaian paling maksimal. Meski begitu, bukan berarti saya berpuas diri. Tahun depan harus naik pangkat, ngurusin perpustakaan sepanjang tahun sampai lupa ngurusin diri sendiri yang sudah dapat peringatan karena belum juga naik pangkat di 2016 x))
Jika selama ini koordinator perpustakaan di pegang oleh seorang guru untuk pemenuhan 24 jam (agar mendapatkan sertifikasi), alhamdulillah semester ini saya yang ditunjuk langsung oleh kepala sekolah untuk memegang amanah ini. Sebenarnya nggak jauh beda, karena mau jadi pustakawan biasa atau koordinator perpustakaan, tetap saja tiap hari melakukan pekerjaan teknis pustakawan, seperti menyapu, shelving buku, barcode buku sampai pasang pigura ke tembok pun dilakukan. Lha, mau nyuruh siapa lagi?!? :D
JULI
Minggu pertama sekolah, seperti tahun-tahun sebelumnya, ajaran baru selalu ramai oleh siswa baik yang baru maupun lama. Untuk yang lama biasanya di dahulukan, saya akan mengecek siapa saja yang belum mengembalikan buku di semester sebelumnya. Saya memang menerapkan penghapusan denda sejak tahun 2012, tingkat disiplin siswa lebih dititikberatkan ke peminjaman setelahnya. Jadi, jika belum mengembalikan buku di semester sebelumnya, belum bisa meminjam buku untuk semester berikutnya. Hal ini lebih efektif dan membuat jera, karena mereka akan rugi sendiri nantinya nggak bisa meminjam buku-buku pelajaran yang disediakan sekolah. Sementara buku-buku tersebut terbatas, siapa cepat dia yang dapat.



Karena tenaga, waktu dan pikiran terlalu dikuras di minggu pertama, saya jatuh sakit di minggu kedua. Tapi tetap harus sekolah, karena perpustakaan hanya memiliki dua pegawai. Kalau saya nggak masuk, kasian yang satunya lagi. Berdua saja kami keteteran, apalagi sendirian. Disaat kondisi meriang (demam tinggi dan flu), sebenarnya saya berniat pulang lebih cepat, kebetulan guru-guru sedang rapat semester baru, ternyata malah mendapat kabar dari bapak kepala sekolah kalau ada rombongan tim penilai tenaga perpustakaan dari Jakarta. Saya lumayan panik, nggak ada persiapan apa pun, ditambah lagi perpustakaan lumayan kayak kapal pecah karena dua minggu ini banyak murid yang pinjam buku. Kebayang kan dimana-mana buku bertebaran bahkan bergelimpangan?!? Yasudahlah pasrah saja x))

Semakin sore, suhu badan semakin panas. Sementara itu tim penilai sampai sore di perpustakaan, di tanya ini itu seputar perpustakaan. Akhirnya pun pulang Maghrib. Itu pun masih stres karena abis ini bakal banyak banget yang dilakukan untuk persiapan lomba yang ternyata saya terpilih mewakili Lampung untuk maju di tingkat nasional.
Jadi, awalnya saya pikir nggak menang tingkat Provinsi karena nggak ada kabar apa pun dari pihak Dinas Kota. Eh...tau-tau kedatangan pihak Pusat. Stres campur panik. Ditambah lagi setelah kedatangan tim penilai dari pusat tersebut, saya bingung apa saja yang harus dipersiapkan untuk maju ke nasional karena sama sekali nggak diberi petunjuk atau arahan dari dinas kota. Selang seminggu berselang, tetiba kepalas sekolah mencari saya dan mengatakan baru saja dihubungi pihak provinsi bahwa berkas akan dikirim hari ini. Dan saya belum ngeprint satu pun berkas yang harus dikumpulkan!! x))
Waktu itu saya bilang dengan bapak kepala sekolah, daripada bikin malu, lebih baik saya mundur dari sekarang. Saya tipikal orang yang nggak mau setengah-setengah dalam melakukan suatu hal. Maju dengan niat atau mending nggak usah. Ternyata begitu pun dengan tenaga kependidikan lainnya yang kebetulan satu kota tapi beda sekolah, juga pengen mundur karena nggak siap kalau hari itu pengiriman berkas.

Akhirnya diyakinkan oleh bapak kepalas sekolah bahwa kesempatan seperti nggak akan datang dua kali. Harus yakin dan semangat. Akhirnya setelah tarik ulur lumayan lama, kami bertiga yang tenaga kependidikan diberi kelonggaran waktu hingga subuh besok, nanti berkasnya dibawa panitia provinsi yang berangkat di penerbangan pertama ke Jakarta.
Ada gunanya juga selama ini semua pekerjaan ada arsipnya. Jadi, tinggal print-print aja. Ini pun membutuhkan tiga printer. Jadi, data-data tentang tetek bengek perpustakaan di print oleh dua orang teman, saya mengerjakan best practise yang belum selesai. Belum lagi banyak data yang harus di fotokopi. Menjelang Magrib, diputuskan bahwa data-data yang sudah di kopi dan di print, ditaro di fotokopian. Alhamdulillah ada dua teman yang rela membantu. Sementara saya masih di sekolah menyelesaikan beberapa data yang belum selesai. Ternyata ada hambatan, teman yang membawa tiga kardus data itu mengatakan bahwa nggak ada satupun tempat fotokopian yang mau menerima penjilidan tebal, karena biasanya minimal butuh dua hari. Sedangkan dibutuhinnya besok!! x)) Untunglah selang sejam kemudian, teman mengabarkan jika ada tempat fotokopian yang mau, tapi diambilnya paling cepat jam sepuluh malam x))
Akhirnya jam delapan malam karena di sekolah pun sepi dan pastinya takut sendirian, saya pulang ke rumah. Ngeprint lagi di rumah, mandi, makan, langsung cuss ke tukang fotokopia. Akhirnya selesai juga jilidannya jam sebelasan malam. Dengan syarat jilidannya nggak boleh dibuka sampai besok pagi, khawatir jilidannya lepas, gitu pesan Uda tukang fotokopian x))
Masih belum rampung perjuangannya. Setelah hanya tidur sekitar dua jam-an dengan badan encok dan udah nggak karuan, dini hari saya bongkar kardusnya dan mulai nge-cap berkas yang harus ada cap sekolah. Iya, cap sekolah pun saya bawa x))

Akhirnya sekitar jam empat-an dengan diantar adik ke bandara. Ternyata masih belum bisa napas lega, si ibu panitia provinsi yang katanya janji mau bawa berkasnya begitu melihat berkas kami bertiga enggan membawanya dengan alasan pasti beratnya lewat jatah kargo. Ya, punya saya sendiri aja dua belas kilo sendiri. Begitu kami keluar bandara, si ibu nelpon lagi kalo mau bawa berkas kami. Udah buru-buru...ehhh...berubah lagi, nggak jadi mau bawa. Gitu terus ampe tiga kali. Padahal tau sendiri kan ruwetnya bandara pagi hari, ditambah lagi harus membopong berkasnya yang lumayan bikin encok. Duh Gusti Allah, udah kurang tidur masih diberi cobaan untuk bersabar. Akhirnya kami bertiga berpisah dan memutuskan untuk mengirim berkas masing-masing. Yang dua lagi masih harus dibongkar karena begitu melihat punya saya kok kemasannya rapi, mereka khawatir berkas mereka tercecer jika nggak dikemas rapi kayak milik saya. Karena saya sudah rapi dari rumah, jadi tujuan selanjutnya nyari ekspedisi. Karena awam ama daerah di ibu kota, saya dan adik musti nyasar-nyasar dulu. Itu pun ekspedisi yang didatangi rata-rata nggak bisa untuk pengiriman sampai hari itu juga. Setelah masuk ke empat tempat, akhirnya ada yang bisa. Habisnya lumayan bikin kantong terkuras. Sementara sekolah udah bolak-balik nelpon karena capnya belum saya kembalikan. Sampai ke daerah udah lumayan siang, jam sepuluhan dengan badan lecek karena belum mandi dan tentunya perut keroncongan x))

Pemustaka Terbaik bulan ini:

AGUSTUS
Bulan yang paling dinanti karena inilah hari H perjuangan menuju tingkat nasional. Mengikuti seleksi ini, untuk Lampung di wakilkan 25 profesi, salah satunya perpustakaan. Lain halnya dengan guru-guru yang persiapan sangat matang, kami yang tenaga pendidikaan (tiga orang) ibarat kata menyelam nggak bisa berenang yang penting bisa menepi tapi nggak tenggelam. Jika para guru di beri senjata lengkap beserta pelurunya, kami bertiga sudah senjatanya cari sendiri plus pelurunya nggak sampe punya separuh. Begitulah analogi kami dalam persiapan mengikuti pemilihan ini x))
Kekhawatiran kami, ternyata jauh berbeda nggak seperti yang dibayangkan. Meski kurang tidur dan menegangkan, tapi bagi saya kompetisi ini lebih mudah di bandingkan pemilihan pustakawan yang diadakan Perpusnas. Kenapa? Karena di sini bunyi pemilihannya adalah tenaga perpustakaan yang sudah bisa ditebak nggak semuanya adalah pustakawan, malah banyak yang guru atau staff sekolah yang bekerja di perpustakaan. Memang harus diakui, untuk sesi persentasi, tak terkecuali saya pasti merasakan ketegangan suasana. Untuk satu peserta saja, minimal satu jam sendiri persentasi plus tanya jawabnya. Itupun sampai malam. Ternyata nggak cuma saya yang bolak-balik ke toilet karena selain kedinginan juga karena tegang, hehehe... Dan karena saya paling akhir, saya bisa melihat persentasi peserta lainnya. Setelah persentasi, semuanya pasti lega, termasuk saya. Karena sesungguhnya paling menegangkan dari rangkaian pemilihan ini adalah di bagian persentai. Selebihnya dinikmati saja. Bahkan untuk kelas profesi tenaga perpustakaan tingkat SMA paling rileks dibandingkan kelas-kelas profesi lain yang tingkat persaingannya lebih ketat.


Sejak setelah sesi persentasi terbaik, banyak yang menebak jika saya dipastikan masuk dua besar. Apalagi untuk sesi persentasi, saya paling lancar dibandingkan dengan yang lain yang rata-rata dibantai oleh tim penilai. Best practise saya bahkan disebut unik dan baru. Ya, yang lainnya rata-rata seputaran minat baca dan literasi informasi. Bahkan untuk kelas kami, saya yang terpilih diwawancara oleh pihak medi. Udah kurang optimis apa lagi coba?!? :D

Ditambah lagi dari 367 peserta tendik berprestasi, saya termasuk 47 peserta yang terpilih bisa ikut ke gedung MPR/DPR sesi pertama. Santer kabar terdengar jika yang terpilih ini, konon katanya masuk dua besar tiap profesi.



Tapi takdir berkata lain. Jangankan masuk dua besar, tiga besar pun nggak masuk. Padahal beberapa teman sudah mengucapkan selamat dan memastikan jika saya bakal juara. Bahkan sampai selang seminggu berakhirnya acara pun beberapa juga ada yang bertanya langsung kepada saya. Yasudahlah...mungkin memang belum rejeki dan keberuntungan belum berpihak pada saya untuk kali ini. Mungkin saya kekurangannya di berkas. Pembelajaran bahwa di langit masih ada langit. Mungkin saya dianggap yang terbaik, tapi sesungguhnya banyak yang jauh lebih terbaik dari saya :)) #noted

Ya, Agutus menjadi bulan yang paling melelahkan. Kalau ditanya apakah saya akan mengikuti lomba sejenisnya di tahun-tahun mendatang? Entahlah, karena nggak hanya dibutuhkan mental dan fisik yang kuat, tapi juga sangat menguras waktu tenaga, pikiran dan materi. Mungkin setiap daerah berbeda. Jika daerah lain meski nggak menang pun bisa dapat reward materi maupun laptop, ada juga yang mendapat umroh ataupun jalan-jalan ke luar negeri. Berdasarkan pengalaman pribadi, sangat merasakan perbedaannya dibandingkan dengan provinsi lainnya yang sudah dipersiapkan dan digembleng sedini mungkin. Tentunya dengan reward yang layak juga. Jadi ingat pesan seorang guru yang ikut kompetisi ini pas bareng sesama satu provinsi, beliau bilang sudah sangat bersyukur kita terpilih diantara yang lain untuk tingkat provinsi. Karena yang ikut seleksi di tingkat nasional adalah yang super terbaik diantara terbaik. Dan yang paling penting adalah pengalaman seperti ini belum tentu akan datang dua kali. Karena nggak semua orang bisa berkesempatan seperti ini :))


Oleh-oleh untuk murid unyu di sekolah:

Pemustaka Terbaik bulan ini:

SEPTEMBER
Seperti kata lagu, September harus ceria. Apalagi bulan ini adalah Hari Kunjung Perpustakaan yang jatuh tiap tanggal 14 September. Tiap yang datang ke perpustakaan pada hari itu, mendapatkan gantungan kunci unyu seperti ini:


Niatnya dulu kalo menang pemilihan, bakal buat akun IG untuk perpustakaan. Tapi meski kalah, akhirnya tetap buat juga atas pertimbangan kini murid lebih asyik main IG dibandingkan facebook:




Sesuai janji saya dengan kepala sekolah, akan fokus mading mulai September:



Pecah rekor untuk semester ini, perpustakaan tutup sampai abis Maghrib. Penuh ama murid-murid unyu:

Pemustaka Terbaik bulan ini:

OKTOBER
Nggak bisa ngolah buku karena bulan ini adalah bulan MID SEMESTER via online yang artinya perpustakaan sangat ramai kedatangan murid-murid unyu. Tiap hari pulang sore banget. Bahkan berangkatnya pun, pagi-pagi udah banyak murid unyu yang stand by buka, mereka datang sebelum jam tujuh pagi x))


Atap depan perpustakaan diperbaiki:






NOVEMBER
Mading bulan ini
Waktunya terkuras untuk persiapan Bazar Kewirausahaan:
Bulan ini waktunya habis untuk mengikuti rangkaian upacara ini itu, acara ini itu. Saya pikir, urusan tetek bengek lomba berakhir di bulan Agustus lalu, ternyata sampai akhir tahun masih berhubungan dengan rangkaian itu. Lelah sangat. Bahkan saya lebih banyak acara di luar dibandingkan di sekolah. Sampe nggak enak hati ama sekolah, sibuknya ngalahin kepala sekolah :')
DESEMBER
Selama semester ini tahan nggak minta apa-apa demi bisa punya rak ini yang menjadi resolusi di semester in. Sebenarnya minta satu rak, ternyata dibuatin tiga sekalian :))
Mading bulan ini
Epik itu nemu nama sendiri di soal UAS Bahasa Inggris kelas X
Wow, dalam empat bulan aja IG @perpussmanda udah tembus 600 followers
Akhir semester waktunya piknik
Pokoknya 2016 sungguh ama ruar biasa. 2017 saya nggak beresolusi apa-apa, hanya berharap bisa naik pangkat, masih kasta paling bawah terus nih. Itu aja :')